Senin, 26 November 2012

Resensi “Supernova Partikel”



Supernova Partikel (ebooktwit.com)


Judul Buku : Supernova: Partikel

Penulis : Dee

Penerbit : Jakarta: Bentang Pustaka, 2012

Tebal : 493 halaman tidak termasuk Cover


Setelah cukup lama ditunggu sekuel novel Supernova dari Dee akhrinya terbit juga diberi tajuk Supernova: Partikel. Pada sekuel keempat ini, penulis bernama asli Dewi Lestari itu masih konsisten dengan nafas post modernis-nya dan juga scientific.


Sekuel pertamanya Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh , bercerita tentang dua pria Dhimas dan Ruben yang mempunyai orientasi seksual sesama jenis. Kedua tokoh ini membuat sebuah cerita dengan tokoh masing-masing. Rana seorang wartawati sudah bersuami jatuh cinta pada Ferre seorang pria mapan dengan karir cemerlang dan Diva yang dituturkan berprofesi sebagai model sekaligus prostitusi kelas atas. Mereka saya tafsirkan sebagai Ksatria (Ferre), Puteri (Rana) dan Bintang Jatuh (Diva).


Hal yang terpenting dalam novel ini bukan hanya soal kuliah fisika yang diberikan Dee, tetapi kelahiran Bandung, 20 Januari 1976 ini menawarkan terobosan baru bahwa perilaku seksual menyimpang seperti gay dan lesbian tidak lagi dipandang hitam dan putih, tetapi sebagai suatu hal yang nyata. Begitu bila seseorang yang sudah terikat pernikahan jatuh ahti pada orang lain di luar pasangannya entah Pria Idaman Lain atau Wanita Idaman Lain dianggap sebagai cinta yang membebaskan. Sekalipun Dee dalam novel ini tidak sampai memenangkan PIL. Begitu juga soal sex for sale bagi Dee dalam relasi antar manusia sebagai hal yang relatif. Bahkan Diva ini adalah tokoh kunci dalam novel ini dan juga novel berikutnya.


Sekuel keduanya Supernova: Akar, Dee lebih banyak berkutat pada perjalanan spiritualitas tokoh utamanya Bodhi yang diceritakan seorang backpacker. Dia diceritakan anak yatim piatu yang dibesarkan Guru Liong. Pengembaraannya membaut mengenal seni tato dan sepulangnya ke Bandung dia bergabung dengan komunitas punk. Pengaruh filsafat post modernis (juga new age movement) terasa kuat dalam sekuel kedua ini. Bahkan novel ini terasa Barat (Amerika-Eropa Barat) sekali. Bodhi itu pembumian orang barat yang tergila spiritual timur (yang mengingatkan saya pada aktor Hollywood Richard Gere), hingga mencari keluarga lain di sebuah komunitas untuk kedamaian. Komunitas punk adalah komunitas anti establishment. Kemungkinan Bodhi ini sebagian dari jiwa Dee sendiri mencari spitualitasnya. Untuk benang merah-nya dengan sekuel pertama Dee memasukan kisah hilangnya Diva di Bolivia. Kok Bolivia? Tokoh utama Supernova Partikel bernama Zarah juga mampir di Bolivia.


Sekuel ketiganya sebetulnya yang paling saya suka Supernova Petir tokoh utamanya adalah Elektra yang kehilangan ibunya sewaktu masih kecil, Sang Ayah dikisahkan pemilik toko elektronik Wijaya Elektrik di kota kembang itu. Sejak awal novel ini disyaratkan berhubungan dengan listrik sebagai landasan fiksi ilmiahnya tetapi juga tidak melupakan unsur spiritual. Elektra bertemu Ibu Sati, pemilik warnet dan menemukan potensi sendirinya sebagai terapis tenaga listrik yang sudah ada dalam dirinya. Ceritanya datar namun penuh kedalaman karena sebeutlnay menggambarkan anak-anak muda bandung 2000-an awal, serta sekuel Supernova yang paling membumi. Elektra mungkin keping lain dari Dee yang punya ikatan emosional dengan kota kelahirannya.


Pada sekuel keempat ini dibuka dengan keberadaan tokoh utamanya Zarah, seorang fotografer di Bolivia. Dia bekerja untuk sbeuah kelompok riset bumi. Sejak awal cerita Zarah sudah memproklamirkan ideologinya tentang homo sapiens (apakah itu juga mewakili pandangan si penulis saya belum bisa memastikan).


Manusia sudah berevolusi terlalu jauh meninggalkan alam, membentengi dirinya dalam tembok-tembok semen dan lantai buatan. Kulit manusia dibungkus rapat hingga alergi debu dan rentan terhadap pusing kalau kehujanan. Semua terlalu licin dan steril. Tidak heran kulti kami lubang-lubang di sini. Manusia telah bervolusi menjadi patung lilin…(halaman 6)


Itu artinya homo sapiens modern adalah mahluk manja dan kehilangan kemanusiaannya. Ideologi ini dipaparkan Dee secara flashback tentang masa kecil Zarah yang dilahirkan dari pasangan Firas anak pungut dari Abah Hamid Jallauluddin, tokoh agama di pinggir kota Bogor (lagi-lagi anak yatim piatu ) dan Aisyah anak kandung dari Abah itu. Sang Ayah digambarkan berotak cerdas, kuliah di IPB dan menjadi ahli Mikrobiologi. Namun ketika memutuskan Zarah, sang ayah menolak sekolah formal. Dia mendidik anak sulungnya itu dengan caranya sendiri. Dasar scientific dalam sekuel keempat ini adalah Ilmu Biologi.


Sang ayah digambarkan mengidolakan fungi (jamur), species yang di matanya tahan terhadap kiamat. Begitu pentingnya fungi, Sang ayah menekankannya berkali-kali pada Zarah. Antara lain…


Fungi adalah nenek moyang species manusia. Sama-sama menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, sama-sama berintelgensia tinggi, sama-sama mahluk jeajring. Karena kemiripan itu fungi dan manusia memiliki hubungan unik. Semua antibiotika terbaik pernah diciptakan manusia dibuat dari fungsi. Manusia tidak bisa membuat antifungal dengan baik karena efeknya akan mencelakan kita sendiri...(halaman 24).


Selanjutnya Supernova Partikel mengalir seperti Zarah Chronicle yang penuh fantasi. Perilaku Firas semakin aneh di mata lingkungannya, kerap ke Bukit Jambul yang dianggap angker oleh penduduk Batu Luhur. Firas menghilang secara misterius dan Zarah menemukan lima jurnal ayahnya yang disembunyikan khusus untuknya. Di sini Dee mulai berfantasi soal pertemuan ayah Zarah ini dengan alien. Yang menarik Dee menganut teori bahwa alien dahulunya ikut campur dalam perjalanan evolusi manusia. Ilustrasi tentang sosok alien serupa dengan kebanyakan fiksi ilmiah tentang mahluk ini (halaman 88-92, 99 tentang missing link tampaknya berdasarkan gagasan Charles Darwin).


Setelah kehilangan ayahnya, pendidikan Zarah diambil alih oleh ibu dan abahnya. Dia disekolahkan di sebuah SMA di Bogor, meski tanpa pendidikan formal, dalam usia yang masih tahap remaja awal. Zarah diceritakan mengalami berbagai kendala, meski cerdas untuk sejumlah mata pelajaran. Zarah bahkan dianggap menyimpang dan menimbulkan konflik dengan guru dan orangtuanya.


Cerita makin berkembang ketika Zarah bertemu gadis asal Nigeria bernama Kosoluchukwu Onyenlukwe. Gadis yang karib dipanggil Koso ini diceritakan anak ekspatriat. Karena sama-sama dianggap aneh, Koso mengalami dileksia, keduanya menjadi akrab. Meski kurang lazim anak ekspatriat disekolahkan di bukan sekolah internasional. Namun bukan itu yang terpenting bagi saya. Kehadiran gadis bernama panggilan Koso ini memperkuat ciri khas Dee yang sering menghadirkan tokoh-tokoh berbagai negara atau blasteran. Seperti sekuel Supernova lainnya nafasnya global dan multikultural.


Petualangan Zarah menjadi jati dirinya memasuki babak berikutnya ketika ia mendapatkan kiriman sebuah kamera Nikon dari seorang misterius di London, Inggris. Berkat kamera itu Zarah menemukan bakatnya di bidang fotografi. Dia hanya belajar dari seorang tukang potret jalanan di Bogor namun hasilnya mengantarkan ke dunia lain tahap berikutnya berikutnya dalam hidupnya, yaitu petualangan di kawasan penangkaran orang-utan di Tanjung Puting, Kalimantan.


Seperti sebuah evolusi Zarah belajar dari alam, mendapatkan teman-teman internasional lainnya. Perkenalananya dengan seorang fotografer wildlife mengantarkannya mengantarkan ke dunia yang lebih luas lagi, yaitu London. Di negeri Inggris ini Zarah mendapatkan cinta pada seorang pria, sahabat lamanya Koso, bahkan petunjuk hilangnya ayahnya. Interaksinya dengan berbagai tokoh tidak semuanya berbuah manis. Namun dia menemukan sosok dirinya dan mengapa ayahnya menamakan dirinya Zarah.


Cerita di Inggris ini menggabungkan petualangan spiritual dan ilmiah. Dee tampaknya memadukan isu-isu aktual tentang UFO seperti penemuan Crop Circle hingga situs purbakala stoneage di Salisbury yang dipercaya sebagai portal antar dimensi, digabungkan dengan spiritual shamanisme (figure shaman menjadi perantara antara dunia materi dan spirit). Cerita soal jamur yang berkali-kali di tekan di awal cerita juga ditekan berkali-kali dalam petualangan Zarah di Inggris.


Supernova Partikel bukan sekuel terakhir. Itu sebabnya di bagian akhir novel ini Dee dengan manis mempertemukan dua tokoh terdahulu Bodhi dan Elektra. Bagi saya di antara empat sekuel novel ini, Supernova Partikel yang bersetting 1990-an awal hingga 2000-an awal adalah yang paling berat dan perlu waktu untuk mencernanya.

sumber : http://media.kompasiana.com/buku/2012/05/04/resensi-supernova-partikel-kronik-fungi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar